Saturday, July 14, 2012

Karyanya Tetap Dikenang

Senin, 09 Juli 2012 , 14:47:00
 

DIKENANG : Jenazah Almarhum Marius AP saat disemayamkan di RS Atmajaya, Pluit, Jakarta Utara, Minggu (8/7). (kanan) salah satu karya Pak Ape saat dipamerkan di Museum menarik perhatian walikota Pontianak, Sutarmidji. M.Kusdharmadi dan TIMBUL/PONTIANAK POST
Harian pertama dan terutama di Kalimantan Barat, Pontianak Post, kehilangan seorang fotografer handal. Marius AP (Pek Tjhong Hian), fotografer senior Pontianak Post yang dulu masih bernama Akcaya, menghembuskan nafas terakhir, Minggu (8/7), di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan. Pak Apeh- panggilan akrabnya- meninggal di usia 83 tahun,  karena diserang stroke dan komplikasi penyakit lainnya. M. Kusdharmadi . Jakarta

Suasana duka menyelimuti keluarga besar Marius AP. Fotografer yang banyak mengoleksi foto-foto Kota Pontianak tempoe doeloe ini, tutup usia sekitar pukul 06.45, Minggu (8/7), di Rumah Sakit Medistra. Namun, siang harinya jenazah Pak Apeh dibawa ke RS Atmajaya, Pluit, Jakarta Utara untuk disemayamkan. Suasana begitu hening di Holy Puneral Home, RS Atmajaya itu.

Terlihat meja kursi sudah dipersiapkan untuk kerabat yang hendak melayat. Tampak beberapa orang kerabat antara lain, Max Yusuf Alkadrie senior Pontianak Post,
Yosef S pemimpin redaksi harian Kun Dian Ri Bao, dan Hendry Jurnawan mantan pemimpin redaksi harian Kun Dian Ri Bao.  Tak ketinggalan istri tercinta Pak Apeh, Anna Immiati, serta anak dan menantu Marius.

Tak lama jenazah tiba di ruangan. Kemudian, dipindahkan ke peti berwarna putih yang sudah disiapkan. Pihak keluarga tidak dapat menyembunyikan kesedihan ketika jenazah Pak Apeh digiring ke dalam ruangan.  Mereka memberikan penghormatan. Almarhum Marius AP lahir pada 19 April 1929. Marius meninggal dunia di usia 83 tahun dan meninggalkan seorang istri Anna Immiati serta tiga orang anak Antonius Prawito, Anthony Prawito serta Andreas Prawito.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, mantan pemimpin redaksi harian berbahasa Mandarin Kun Dian Ri Bao itu diserang penyakit stroke. Ia dirawat di RS Medistra sekira tiga minggu. "Kena strokenya tanggal 17 (Juni 2012) pagi," kata Anna. Menurut Anna, stroke yang didapat mendadak. Pihak keluarga yang masih berduka belum dapat memberikan penjelasan yang banyak. “Iya bapak sudah dipanggil Tuhan tadi pagi. Beliau adalah sosok suami dan ayah yang sangat bertanggungjawab. Walaupun sesibuk apapun, tidak pernah melupakan kami. Dia adalah teman hidup yang baik,” ucap Ana sambil terus terisak.

Begitu juga dengan Andreas, anak bungsu Marius. Ia mengatakan, rencananya jenazah sang ayah akan dibawa pulang ke Kota Pontianak, Senin (9/7), pagi untuk selanjutnya disemayamkan.  Pak Apeh dikenal sosok yang ramah dan pandai bergaul. Namanya begitu terkenal di kalangan fotografer di Kalbar bahkan Indonesia. Sentuhan lensa kameranya memberikan makna dalam setiap objek yang dibidiknya. Salah satu yang masih mengenang bidikan sang fotografer ini adalah Max Yusuf Alkadrie.

"Pak Apeh ini senior sekali di Pontianak Post. Beliau seorang fotografer yang hebat, banyak hasil karyanya yang tidak bisa kita lupakan. Misalnya foto-foto mengenai Kota Pontianak tempoe doeleo," kenang Max. Sosok Apeh, adalah wartawan tiga zaman yang sarat pengalaman. Foto-fotonya sering dipamerkan dalam berbagai pameran. Beberapa hotel dan perkantoran di Kota Pontianak banyak memajang foto Pontianak Tempoe Doeloe, jepretan Pak Apeh sebagai sebuah karya seni.  Ribuan karya fotonya terdokumentasi secara baik di rumahnya, Jalan Diponegoro, Pontianak. Dari zaman Presiden Sukarno hingga sekarang.

“Waktu Dwikora, Sukarno datang ke Pontianak. Hanya saya yang diizinkan naik ke panggung untuk mengambil foto waktu itu,” ucap Apeh yang pernah bercerita dengan wartawan Pontianak Post. Budayawan Kalbar, Abdul Halim Ramli mengenang Apeh sebagai fotografer terlengkap yang pernah lahir di Kalbar. “Saya pikir, seorang fotografer yang menyimpan peristiwa dan foto-foto kota Pontianak dari masa lampau yang terlengkap adalah Pak Apeh. Dokumentasinya terpelihara baik. Dan ia siap menolong siapa pun yang memerlukan,” sebutnya.

Lewat bakat fotografinya, Apeh telah melalanglangbuana ke berbagai penjuru dunia. Negara terakhir yang dikunjunginya adalah Tiongkok. Meskipun seorang senior, almarhum tidak pernah pelit berbagi ilmu kepada siapa saja. Fotografer senior Pontianak Post, Timbul Mujadi merasa sangat kehilangan guru dan juga panutannya itu. “Senior kami ini hingga kini belum ada yang mampu menandingi kepiawaiannya. Saya kagum dalam ketelatenannya mendokumentasikan foto-foto lama. Bahkan ilmu mendiang menginspirasi tugas saya sebagai fotografer di Pontianak Post,” ucap Timbul. Karya Timbul pun tak lepas dari pengamatannya setiap hari.

“Foto-foto saya yang dimuat di Koran, sering dikomentari. Obyektifitasnya tinggi, jika kurang bagus saya mendapat kritikan. Tapi kalau bagus, pagi-pagi sudah menelepon saya. Selamat jalan senior kami. Kami bertekad meneruskan semangatmu,” tambah timbul.Mendiang menorehkan kenangan terakhir kepada rekan-rekan PPC (Pontianak Photographer Community), pada empat bulan lalu. Beberapa karyanya ikut dipamerkan di plaza Museum Kalbar, bersama karya para photographer Pontianak lainnya, tepatnya pada 12 April yang baru berlalu.

Tak hanya dikenal sebagai wartawan, Apeh juga aktif di kegiatan sosial. Terakhir, dia menjabat sebagai Dewan Penasehat Yayasan Bhakti Suci (YBS), induk 58 yayasan sosial Tionghoa di Pontianak. Ketua Umum YBS, The Iu Sia mengenang beliau sebagai sosok yang sangat sosial dan supel. “Beliaubergaul dengan siapa saja, mau tua, mau tua. Mungkin karena background-nya yang wartawan. Beliaulah yang selalu menasehati kami untuk saling menghargai dan selalu rendah hati,” kata pemilik perusahaan Asia Jaya Group ini. Disebutkan dia pula, YBS kembali kehilangan sosok teladan yang menginspirasi. “Sebagai generasi lanjutan, kami sangat kehilangan. Beliau adalah salah satu orang yang sangat saya kagumi, terutama karena dedikasinya. Semangatnya akan terus mendorong kami untuk lebih baik lagi,” pungkas Asia. (*)

No comments:

Post a Comment